Sesungguhnya lisan itu bisa menjadi
sumber hikmah, akan tetapi bisa juga menjadi sumber petaka bagi pemiliknya dan
bagi orang lain, berapa banyak orang yang berubah menjadi lebih baik
dikarenakan tutur kata seseorang yang mengandung hikmah dan taushiah, akan
tetapi tidak jarang pula terjadinya perselisihan dan pertengkaran gara-gara
perkataan lisan yang tidak terpelihara. Oleh karenanya menjaga dan memelihara
lisan merupakan sebuah keharusan bagi umat Islam, sehingga setiap kata yang
terlontar dari lisannya selalu membawa hikmah dan faidah, ketika lisan itu
tidak dikendalikan, maka sangat besar kemungkinan untuk terjadinya fitnah, oleh
karenanya Allah SWT berfirman dalam surat al-Israa` ayat 53 yang isinya
menyuruh kita untuk senantiasa menggunakan lisan untuk mengatakan yang paling
baik.وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلإِنسَانِ عَدُوًّا مُّبِينًا.Dan katakanlah kepada
hamba-hamba-Ku:"hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik
(benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. (QS. Al-Israa`
(17( : 53)
Ketika seseorang kwawatir terhadap perkataannya,
maka lebih baik baginya untuk berdiam diri, Rasulullah SAW bersabda,مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ. Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia berkata baik, atau kalau tidak bisa
berkata baik, maka lebih baik baginya untuk berdiam diri”(HR. Bukhari Muslim)
Dari sesuatu yang paling penting yang dituntut
oleh Allah SWT dalam penggunaan lisan ini, hendaknya kita menggunakannya untuk
menyeru manusia kepada yang baik, menyuruh mereka kepada yang ma’ruf dan
mencegah mereka dari yang munkar. Atau menggunakannya dalam rangka
mengishlahkan dua pihak yang bertikai dan saling berwasiat dengan kebaikan dan
ketakwaan. Hal ini dapat dilihat dari
firman Allah SWT:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةُُ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ.
Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung.(QS. Ali
Imran (3) : 104)
لاَخَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِّن نَجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا.
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan
bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh
(manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian
diantara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan
Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. (QS. An-Nisaa` (4)
: 114)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا
تَنَاجَيْتُمْ فَلاَتَتَنَاجَوْا بِاْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَتِ
الرَّسُولِ وَتَنَاجَوْا بِالْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي
إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ.
Hai orang-orang yang beriman, apabila
kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang
membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul.Dan bicarakanlah tentang
membuat kebajikan dan taqwa.Dan bertaqwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamau
akan dikembalikan.(QS. Al-Mujadilah (58) : 9)
Hal-Hal yang Membahayakan Lisan
*Membicarakan Sesuatu Yang Tidak
Bermanfaat
Di antara ciri khas Muslim sejati
adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat termasuk di dalamnya
perkataan, seperti : berbohong, ghibah, mengadu domba, berbantah-bantahan dan
lain sebagainya. Rasulullah SAW bersabda,مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ
تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ.
Sebaik-baik Islam seseorang adalah meninggalkan
sesuatu yang tidak berguna.(HR. Bukhari Muslim, Abu Daud, Tirmidzi dan yang
lainnya)
Umar r.a berkata,”Janganlah kamu
mengikuti sesuatu yang tidak bermanfaat, jauhilah musuhmu dan hati-hatilah
terhadap temanmu kecuali yang dapat dipercaya. Dan tidak ada teman yang dapat
dipercaya kecuali yang takut kepada Allah, janganlah berteman dengan orang yang
jahat, karena kamu akan terbawa, dan hendaklah meminta nasihat dalam urusanmu
dari orang-orang yang takut kepada Allah SWT.
Adapun batasan perkataan yang tidak
bermanfaat adalah, perkataan yang apabila kamu tidak mengatakannya, maka kamu
tidak akan berdosa, dan tidak akan menimbulkan bahaya, baik sekarang maupun
dikemudian hari.
Agar bisa menghindarkan diri
dariperkataan yang tidak bermanfaat, hendaknya seseorang senantiasa mengingat,
bahwa kematian selalu membuntutinya, dan bahwasannya ia akan
mempertanggung-jawabkan setiap apa yang diucapkannya. Sesungguhnya nafas yang
ia hembuskan tak ubahnya bagaikan modal bagi dirinya, dan lisan yang dimilikinya
adalah sebagai alat untuk meraup pahala melalui parkataan yang baik. Dan
apabila disia-siakan, niscaya akan menghantarkannya kepada kerugian yang nyata.
Yang Berlebihan Ucapan-Ucapan
Mengatakan sesuatu yang menjadi
kepentingan seseorang, maka ia boleh untuk mengatakannya, akan tetapi dengan
syarat tidak berlebih-lebihan, melainkan disampaikan dengan perkataan yang
sesederhana mungkin, tanpa mengurangi kepentingan yang dimilikinya.
Ibrahim At-Taimi
mengatakan,”Apabila seorang Mukmin hendak berbicara, maka seyogyanya ia melihat
terlebih dahulu apa yang akan dikatakannya. Apabila bermanfaat dan tidak
berlebihan, maka katakanlah. Namun apabila tidak bermanfaat, maka hendaknya ia
menahan lisannya”.
Al-Hasan mengatakan,”Barangsiapa
yang banyak bicara (berlebih-lebihan) ditakutkan akan banyak bohongnya.
Barangsiapa yang banyak hartanya, ditakutkan banyak dosanya, dan barangsiapa
yang jelek akhlaknya, berarti ia telah mengadzab dirinya.”
Pernyataan-pernyataan di atas,
mengandung makna anjuran untuk selalu berhati-hati dalam menggunakan lisan,
sehingga sebelum berbicara selalu dipertimbangkan terlebih dahulu manfaat dan
madharatnya.
Larut dalam Kebatilan
Larut dalam kebathilan, maksudnya
adalah menggunakan lisan untuk perkataan-perkataan yang maksiat, seperti
membicarakan keadaan perempuan, minum-minuman, nyanyian-nyanyian yang berbau
syahwat dan lain sebagainya. Semuanya termasuk dalam katagori hal-hal yang
diharamkan. Adapun perkataan yang berlebihan dan tidak mengandung kepentingan
di dalamnya, meskipun tidak dikategorikan haram, namun sebaiknya tidak
dilakukan.
Nabi SAW bersabda,إِنَّ أَعْظَمَ
النَّاسِ خَطَايَا يَوْمَ اْلقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ خَوْضًا فِى البَاطِلِ.
Manusia yang paling besar kesalahannya di hari
kiamat adalah mereka yang paling banyak larut dalam kebathilan.(HR. Thabrani,
dari Qatadah secara Mursal).
Terhadap makna tersebut, Allah SWT
telah mengisyaratkan dalam firman-Nya yang terkait dengan ahli neraka, mereka
berkata,وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَآئِضِينَ.
Dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama
dengan orang-orang yang membicarakannya, (QS. Al-Muddatssir (74) : 45)Dan
firman-Nya,
وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا
سَمِعْتُمْ ءَايَاتِ اللهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلاَ تَقْعُدُوا
مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِّثْلُهُمْ
إِنَّ اللهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا
Dan sungguh Allah telah menurunkan
kepada kamu di dalam al-Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah
diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu
duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya
(kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya
Allah akan mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam
jahannam, (QS. An-Nisaa` (4) :140)
Salman berkata,”Manusia yang paling
banyak dosanya pada hari kiamat adalah, mereka yang paling banyak berbicara
dalam kemaksiatan kepada Allah.”
Bertengkar dan Berdebat
Pertengkaran dan perdebatan
merupakan sesuatu yang dilarang oleh Rasulullah SAW, beliau bersabda,
لَا تُمَارِ أَخَاكَ وَلَا تُمَازِحْهُ
وَلَا تَعِدْهُ مَوْعِدَةً فَتُخْلِفَهُ.
Janganlah kamu mendebat saudaramu,
jangalah mempermainkannya, dan janganlah kamu membuat janji dengannya lalu kamu
menyalahinya.(HR. Tirmidzi, dari Ibnu Abbas r.a)
Dan sabdanya,مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ
وَهُوَ مُحِقٌّ بُنِيَ لَهُ فِي وَسَطِهَا وَمَنْ حَسَّنَ خُلُقَةُ بُنِيَ لَهُ
فِي أَعْلَاهَا.
Barangsiapa yang meninggalkan perdebatan, padahal
ia dalam keadaan benar, maka kelak akan dibangunkan baginya rumah di surga yang
tertinggi, dan barangsiapa yang meninggalkan perdebatan sedangkan ia dalam
keadaan salah, maka kelak akan dibangunkan sebuah rumah dipelataran surga.(HR.
Ibnu Majah, dari Anas bin Malik r.a)
Adapun factor yang mendorong
seseorang untuk melakukan perdebatan, biasanya adalah, mereka diri paling tinggi,
dengan memperlihatkan ilmu dan kelebihannya serta menyerang orang lain dengan
membongkar kekurangannya, keduanya adalah syahwat bathin yang kuat yang merusak
jiwa. Dan untuk menghilangkannya tidak ada cara lain kecuali dengan
menghilangkan sifat sombong atau takabbur.
Bermusuh-musuhan
Bermusuh-musuhan merupakan
perbuatan yang tercela, dan biasanya berawal dari perdebatan atau pertengkaran.
Sikap bermusuhan, biasanya terlihat
dari pembicaraan yang keras untuk mendapatkan keinginan yang dimaksudkan, sikap
seperti itu sangat dibenci oleh Allah SWT, sebagaimana dalam firman-Nya
وَمِنَ النَّاسِ مَن يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ
فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللهَ عَلَى مَافِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ
الْخِصَامِ.
Dan di antara manusia ada orang yang
ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada
Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling
keras. (QS. Al-Baqarah (2) : 204) Rasulullah SAW bersabda,إِنَّ أَبْغَضَ الرِّجَالِ إِلَى اللهِ، الأَلَدُّ
الْخَصِمُ.
Sesungguhnya orang yang paling dibenci Allah SWT
adalah orang yang memiliki permusuhan yang kuat.(HR. Bukhari)Ibnu Abbas r.a mengatakan,”Bahwa yang dimaksud
dengan kalimat “aladuul khisham” adalah orang yang mendebatmu apabila kamu
bicara dan mengkritikmu.”
Agar pembicaraan kita terhindar dari perdebatan
yang akan menghantarkan kepada permusuhan, maka hendaknya lisan kita senantias
dikendalikan untuk mengatakan kata-kata yang lembut dan baik, sejalan dengan
perintah Allah SWT,
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا.
Serta ucapkanlah kata-kata yang
baik kepada manusia.(QS. Al-Baqarah (2) : 83)
Memaksakan Perkataan Kepada Orang Lain
Sikap memaksakan perkataan kepada orang
lain adalah sikap yang tidak terpuji; karena setiap orang punya kebebasan untuk
menerima atau menolak perkataan seseorang. Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ
وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي فِي الْآخِرَةِ مَسَاوِيكُمْ أَخْلَاقًا الثَّرْثَارُونَ
الْمُتَفَيْهِقُونَ الْمُتَشَدِّقُونَ.
Sesungguhnya orang yang paling aku
benci di antara kalian dan paling jauh tempatnya dariku adalah orang yang
memaksakan perkataannya kepada orang lain, berpura-pura mengetahui segala
urusan dan berbicara sambil mebuka mulut lebar-lebar.(HR.Ahmad, dari Abu
Tsa’labah Al-Khusyani) Oleh karenanya, setiap orang harus
menyadari, bahwa berbicara itu merupakan hak setiap orang, akan tetapi ketika
saling memaksakan dalam pembicaraan tersebut, maka hal yang demikian tidak lagi
dipandang baik dalam etika berbicara.
Berkata Keji, Kasar Melaknat dan Memaki
Berkata keji, kotor dan memaki
merupakan tindakan yang tidak terpuji dan dimurkai Allah SWT. Rasulullah SAW
bersabda,ِإيَّاكُمْ وَاْلفَحْشَ
وَالتَّفَحُّشَ ، فَإِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُ اْلفَاحِشَ الْمُتَفَحِّشَ.Jauhilah
oleh kalian perbuatan keji dan tindakan keji yang berlebihan; karena
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berbuat keji .(HR. Hakim, dari Abu
Hurairah r.a) إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيْسَ بِاللَّعَّانِ وَلَا
الطَّعَّانِ وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ. Sesungguhnya seorang Mukmin itu
tidak suka melaknat, mencela, berkata keji dan kotor. (HR. Ahmad) Jabir bin Samurah mengatakan,”Ketika aku duduk
dekat Rasulullah di suatu majlis, dan ayahku berada dihadapanku, Rasulullah
seraya bersabda,”Sesungguhnya perbuatan keji dan tindakan berlebihan di
dalamnya bukan termasuk Islam, dan manusia yang paling baik, adalah mereka yang
paling baik akhlaknya. Al-Ahnaf bin Qais
mengatakan,”Maukah aku beritahukan kepada kalian penyakit yang paling
membahayakan, yaitu perkataan yang menyakitkan dan akhlak yang buruk.”
Bercanda/Bersenda Gurau
Secara asal, bercanda atau bersenda
gurau itu merupakan bagian dari perkataan yang tercela, kecuali dengan kadar
yang wajar, maka hal itu menjadi tidak terlarang.
Adapun batasan senda gurau yang
dikatagorokan tercela dan terlarang adalah sendau gurau yang berlebih-lebihan
dan dilakukan secara terus-menerus, dikarenakan sikap seperti itu akan membuat
pelakunya menjadi lalai terhadap tugas yang sesungguhnya sebagai hamba Allah
SWT. Oleh karena itu, bisa jiga dikatakan, bahwa sendau gurau itu secara asal
dibolehkan, kecuali ketika dilakukan secara berlebihan dan terus-menerus.
Memperolok-Olok dan Mengejek
Memperolok-olokan atau mengejek
maksudnya adalah, menghina orang lain dengan menyebut-nyebut atau
mengisyaratkan kekurangannya sehingga yang mendengar dan melihatnya
mentertawakan orang yang disebut atau diisyaratkan itu.Tindakan tersebut
diharamkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya; dikarenakan dapat menjadikan
orang-orang yang diperolok-olokan merasa sakit hati, padahal pada hakekatnya,
belum tentu orang memperolok-olok itu lebih baik keadaannya daripada orang yang
diperolok-oloknya
Allah SAW berfirman,
يَاأّيُّهَا الّذِينَ ءَامَنُوا لاَيَسْخَرْ قَوْمُُ
مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلاَنِسَآءُُ مِّن نِّسَآءٍ
عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah
suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang
diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan)dan jangan pula
wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita
(yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan). (QS.
Al-Hujurat (49) :11)
Membeberkan Rahasia Orang Lain
Membeberkan sesuatu yang menjadi
rahasia orang lain termasuk tindakan yang dilarang oleh agama; karena di
dalamanya mengandung makna menyakiti terhadap sesama, yang mana hal ini sebisanya
harus dihindarkan. Sehingga apapun yang kita dengar dari pembicaraan dari
sesama kita, setelah selesai pembicaraan tersebut, maka itu semua akan menjadi
amanah yang harus kita jaga dan pelihara. Rasulullah SAW bersabda,
إِذَا حَدَّثَ الرَّجُلُ الْحَدِيثَ ثُمَّ الْتَفَتَ
فَهِيَ أَمَانَةٌ.
Apabila seseorang berbicara, kemudian
setelah selesai pembicaraannya, ia pergi, maka pembicaraannya itu akan menjadi
amanah bagi siapa saja yang mendengarnya.(HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dari Jabir
bin Abdillah r.a)
Al-Hasan berkata,”Sesungguhnya yang
termasuk ke dalam katagori khianat adalah, membeberkan rahasia sesama.”
Janji Dusta
Sesungguhnya lisan itu terkadang
lebih cepat untuk mengucapkan janji, padahal sesungguhnya diri orang yang
mengucapkan janji tersebut belum siap untuk melaksanakannya, sehingga janji
yang diucapkan oleh lisan menjadi janji yang palsu, tanpa ditepati, dan hal
tersebut merupakan ciri dari orang munafik.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ
كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ.
Dari Abu Hurairah, dari nabi SAW,
beliau telah bersabda,”Ciri orang munafik itu ada tiga : Apabila ia bicara,
maka ia berdusta, apabila berjanji, ia menyalahi, dan apabila dipercaya, ia
berkhianat. (HR. Bukhari Muslim)
Apabila seseorang hendak berjanji, maka
ia harus bersungguh-sungguh untuk menepati janji tersebut; karena menepati
janji merupakan ciri dari orang-orang yang beriman. Allah SWT berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَوْفُوا
بِالْعُقُودِ أُحِلَّتْ لَكُم بَهِيمَةُ اْلأَنْعَامِ إِلاَّ مَايُتْلَى
عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّي الصَّيْدِ وَأَنتُمْ حُرُمٌ إِنَّ اللهَ يَحْكُمُ
مَايُرِيدُ.
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah
aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang-binatang ternak, kecuali yang akan
dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu
ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum
menurut yang dikehendaki-Nya. (QS. Al-Maidah (5) :1)
Dusta dalam Berkata dan Bersumpah
Dusta merupakan perbuatan dosa dan
aib. Bahkan merupakan temasuk dosa yang pelakunya tidak akan diajak bicara oleh
Allah SWT pada hari kiamat dan tidak akan diperhatikan, melainkan mereka akan
mendapatkan adzab yang sangat pedih.
Rasulullah SAW bersabda,
Ada tiga golongan orang yang tidak
akan diajak bicara dan tidak akan diperhatikan Allah SWT serta tidak akan
disucikan, melainkan akan mendapatkan adzab yang pedih, mereka itulah orang
yang tua yang berzina, penguasa yang dusta, dan orang miskin yang sombong.(HR.
Muslim)
Menggunjing (Ghibah)
Menggunjing merupakan dosa yang
sangat menjijikan, karena Allah SWT telah mencelanya, bahka orang yang
melakukannya, disamakan dengan pemakan bangkai saudaranya. Allah SWT berfirman,
وَلاَيَغْتَب بَّعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ
أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللهَ
إِنَّ اللهَ تَوَّابُُ رَّحِيمُُ Janganlah
sebahagian kamu menggunjing sebahagian yaang lain.Sukakah salah seorang di
antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS.Al-Hujurat (49) :12)
Dan Rasulullah SAW bersabda,كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
Setiap Muslim atas Muslim yang lainnya diharamkan,
darahnya, hartanya dan kehormatannya.(HR. Muslim, dari Abu Hurairah r.a) Ghibah (menggunjing) artinya,
menyebutkan aib saudaranya, dimana apabila saudaranya itu mengetahui, ia akan
marah, baik menyebutkan aib atau kekurangan yang ada pada diri saudaranya atau
keluarganya, perbuatannya atau akhlaknya, perkataannya, agamanya atau urusan
dunianya, bahkan dalam urusan pakaiannya, tempat tinggal dan kendaraannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar